KESEHATAN
MENTAL
TUGAS
KE 2
1.
PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN PERSONAL
A. PENYESUAIAN DIRI
Arti
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri (adjustment) merupakan suatu istilah yang sangat sulit
didefinisikan karena (1) penyesuaian diri mengandung banyak arti, (2) criteria
untuk menilai penyesuaian diri tidak dapat dirumuskan secara jelas, dan (3)
penyesuaian diri (adjustment) dan lawannya ketidakmampuan menyesuaikan
diri (maladjustment) memiliki batas yang sama sehingga akan mengaburkan
perbedaan diantara keduanya. Dengan demikian, apabila kita mau menghilangkan
kekacauan atau salah pengertian mengenai apa itu penyesuaian diri, maka kita
harus tahu konsep-konsep dasarnya.
Penyesuaian
Diri sebagai Adaptasi
Secara
historis arti istilah “penyesuaian diri” sudah mengalami banyak perubahan.
Karena kuatnya pengaruh pemikiran evolusi pada psikologi, maka penyesuaian diri
disamakan dengan adaptasi, yaitu proses dimana organism yang agak sederhana
mematuhi tuntutan-tuntutan lingkungan. Meskipun ada persamaan diantara kedua
istilah tersebut, namun penyesuaian diri yang kompleks tidak cocok dengan
konsep adaptasi biologis yang sederhana. Erich Fromm dalam bukunya, Escape
from Freedom, (Fromm, 1941) mengemukakan konsep adaptasi yang menarik dan
berguna yang mendekati ide penyesuaian diri. Fromm membedakan apa yang
dinamakannya adaptasi statis dan adaptasi dinamik. Ia menggunakan adaptasi
statis untuk menyebut perubahan kebiasaan yang relatif sederhana, misalnya
orang berpindah dari satu kota kekota yang lain. Sedangkan adaptasi dinamik
adalah sistuasi dimana seseorang menerima hal-hal meskipun menyakitkan,
misalnya seorang anak laki-laki tunduk kepada perintah ayah yang keras dan mengancam.
Fromm menafsirkan neurosis sebagai respons dinamik, adaptasi yang sama dengan
penyesuaian diri.
Penyesuaian
Diri dan Individualitas
Dalam
mendefinisikan penyesuaian diri, kita tidak boleh melupakan perbedaan
–perbedaan individual. Anak yang sangat cerdas atau genius tidak sesuai dengan
pola “normal”, baik dalam kapasitas maupun dalam tingkah lakunya, tetapi kita
tidak dapat menyebutnya sebagai orang yang tidak dapat menyesuaikan diri.
Sering kali norma-norma sosial dan budaya begitu kaku untuk dituruti dengan
baik. Misalnya, sering terjadi dibeberapa Negara, warga Negara menolak
undang-undang abortus atau sterilisasi yang dikeluarkan oleh Negara. Orang yang
tidak dapat menerima undang-undang ini, tidak dapat tidak dapat dianggap sebagai
orang yang tidak dapat menyesuaikan diri.
Penyesuaian
Diri sebagai Penguasaan
Penyesuaian
diri yang baik kelihatannya mengandung suatu tingkat penguasaan yang baik pula,
yaitu kemampuan untuk merencanakan atau mengatur respons-respons pribadi
sedemikian rupa sehingga konflik-konflik, kesulitan-kesulitan dan
frustasi-frustasi akan hilang dengan munculnya tingkah laku yang efisien atau
yang menguasai. Gagasan ini jelas berguna tetapi tidak memperhitungkan
kelemahan-kelemahan individual. Kebanyakan orang tidak memiliki kemampuan yang
dituntut oleh penguasaan itu. pemimpin-pemimpin, orang-orang ang genius, dan
orang-orang yang IQ-nya diatas rata-rata mungkin diharapkan memperlihatkan
penguasaan yang luar biasa itu, tetapi meskipun demikian orang-orang ini pun
sering mengalami kegagalan. Ini justru mengingatkan kita bahwa setiap orang
memiliki tingkat penyesuaian dirinya sendiri, yang ditentukan oleh
kapasitas-kapasitas bawaan, kecenderungan-kecenderungan yang diperoleh, dan
pengalaman.
Definisi
Penyesuaian Diri
Dari
segi pandangan psikologis, penyesuaian diri memiliki banyak arti, seperti
pemuasan kebutuhan, keterampilan dalam menangani frustasi dan konflik, ketenangan
pikiran/jiwa, atau bahkan pembentukan simtom-simtom. Itu berarti belajar
bagaimana bergaul dengan baik dengan orang lain dan bagaimana menghadapi
tuntutan-tuntutan pekerjaan. Tyson menyebut hal-hal seperti kemampuan untuk
beradaptasi, kemampuan berafeksi, kehidupan yang seimbang, kemampuan untuk
mengambil keuntungan dari pengalaman, toleransi terhadap frustasi, humor, sikap
yang tidak ekstrem, objektivitas, dan lain-lain (Tyson, 1951).
Kita
tidak dapat mengatakan bahwa penyesuaian diri itu baik atau buruk. Kita hanya
dapat mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah cara individual atau khusus
organismedalam bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari dalam atau
situasi-situasi dari luar. Untuk beberapa orang mungkin reaksi ini bisa
efisien, sehat atau memuaskan. Sementara untuk orang lain reaksi ini melumpuhkan,
tidak efektif, atau bahkan patologik.
Jadi,
kita dapat mendefinisikan dengan sederhana, bahwa penyesuaian diri itu adalah
suatu proses yang melibatkan respons-respons mental dan tingkah laku yang menyebabkan
individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan,
frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan
tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya
oleh dunia dimana ia hidup. Dalam arti ini, kebanyakan respons cocok dengan
konsep penyesuaian diri.
Konsep
Penyesuaian Diri yang Baik
Apa
itu penyesuaian diri yang baik? Pasti itu yang ada dibenak kita setelah kita
mendengar konsep penyesuaian diri yang baik. Orang yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respons yang matang, efisien,
memuaskan dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotic adalah orang yang sangat
tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.
Istilah
“sehat” berarti respons yang baik untuk kesehatan, yakni cocok dengan kodrat
manusia, dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan tanggung jawabnya.
Kesehatan merupakan cirri yang sangat khas dalam penyesuaian diri yang baik.
singkatnya, meskipun memiliki kekurangan-kekurangan kepribadian, ornag yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap
situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik,
frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku yang
simtomatik. Karena itu, ia relative bebas dari simtom-simtom, seperti kecemasan
kronis, obsesi, atau gangguan-gangguan psikofisiologis (psikosomatik). Ia
menciptakan dunia hubungan antarpribadi dan kepuasan-kepuasan yang ikut
menyumbangkan kesinambungan pertumbuhan kepribadian.
Penyesuaian
Diri adalah Relatif
Penyesuaian
diri seperti yang telah dirumuskan diatas adalah relatif karena tidak ada orang
yang dapat menyesuaikan diri secara sempurna. Penyesuaian diri harus dinilai berdasarkan
kapasitas individu untuk mengubah dan menanggulangi tuntutan-tuntutan yang
dihadapi dan kapasitas ini berbeda-beda menurut kepribadian dan tingkat
perkembangan.
Penyesuaian
diri juga bersifat relatif karena berbeda-beda menurut norma-norma sosial dan
budaya, serta individu itu sendiri pun berbeda-beda dalam bertingkah laku.
Bahkan orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik kadang-kadang merasa
bahwa ia menghadapi situasi atau masalah yang melampaui kemampuannya untuk
menyesuaikan diri.
Penyesuaian
Diri versus Moralitas
Pemakaian
baik dan buruk menempatkan seorang psikolog dalam ilmu kesehatan mental dalam
posisi untuk membuat penilaian terhadap tingkah laku yang sebenarnya diharapkan
tidak dilakukan oleh seorang ilmuwan. Tetapi dapat dikemukakan di sini bahwa
keputusan untuk menilai bukan sesuatu yang khas bagi bidang ilmu moral atau
etika. Setiap orang dapat berbicara tentang kesehatan yang baik dan buruk, atau
cuaca yang baik atau buruk dengan tidak memperhatikan pandangan moral atau
etika. Kita tidak melihat tingkah laku yang tidak dapat menyesuaikan diri
sebagai sesuatu yang secara moral buruk atau juga orang yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik sabagai teladan kebajikan yang sempurna. Kemampuan menyesuaikan
diri tidak dapat disamakan dengan kebajikan, atau ketidakmampuan menyesuaikan
diri disamakan dengan dosa. (Mowrer, 1960). Tetapi sering kali terjadi bahwa
imoralitas merupakan akar dari ketidakmampuan menyesuaikan diri dan sudah pasti
penyesuaian diri yang sehat dalam pengertian yang sangat luas harus juga
mencakup kesehatan moral.
B. PERTUMBUHAN
PERSONAL
Menjelaskan
beberapa konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal :
·
P A. Penekanan
pertumbuhan, penyesuain diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal.
Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif
secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan
oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis,
perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai
keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara
bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri
anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi
semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan
·
B. Variasi
dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar
dirinya.
·
C. Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan
strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang
diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan
atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi
antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya
orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh,
ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan
pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku
maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor
yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian,
kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah
juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik
hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik
pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh
seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
·
D. Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam
“dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap,
orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang
berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak
mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak
Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai
berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)
2. Stress
A. Arti Penting Stress
Setiap
manusia di dunia ini pasti pernah merasakan apa itu yang nama nya stress dalam
hidupnya. Stress sendiri banyak dialami individu karena individu tersebut
mengalami tekanan hidup. Tetapi walaupun setiap individu pasti pernah mengalami
stress, tingkat stress yang dialami oleh masing-masing individu itu pasti
berbeda-beda, tergantung pada stressor atau penyebab stress itu sendiri seperti
masalah-masalah atau tekanan hidup yang dialami. Sebelum membahas mengenai
Stress lebih lanjut, kita lihat terlebih dahulu arti penting stress menurut
para ahli.
Stress
dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa
sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Lazarus & Folkman (1986)
stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari
tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan,
tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres
juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (
Chapplin, 1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan
dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi
fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada
organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya.
(McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997). Menurut Lazarus & Folkman
(1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1.
Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan
stres atau disebut juga dengan stressor.
2.
Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang
muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang
muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing,
serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah
tersinggung.
3.
Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara
aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi
maupun afeksi.
Hans
Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
a.
Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang,
menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat
positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon stress yang buruk
dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c. Optimal stress atau Neustress adalah stress
yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan
namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah,
berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Rice
(2002) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan
yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000) mengemukakan bahwa
stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik
dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi
individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres.
Berdasarkan
berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu
keadaan yang menekan diri individu. Stress terjadi karena antara keinginan dan
harapan tidak sesuai. Stressor atau penyebab stress sendiri bisa terjadi karena
3 faktor yaitu:
1. faktor eksternal atau lingkungan
2. faktor internal (psikologis)
3. faktor biologis
B. Tipe-tipe Stress Psikologi
Ada
beberapa jenis-jenis/ tipe-tipe stressor psikologis (dirangkum dari folkman,
1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu:
1.
Tekanan
(pressures)
Tekanan
terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan
tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentuSecara umum tekanan mendorong
individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah
sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada
setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan
sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan
bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal
dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan
internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen
personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus
dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan
hidup.
2 * Frustasi
Frustasi
dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat
hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan.
Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang
mengancam, seperti misalnya timbul
reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3.
* Konflik
Konflik
terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua
atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda
dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
· Approach
– approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua
alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan
keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul
akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil.
Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
· Avoidence
– avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang
sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil
diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum
mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik
jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu
untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang
tidak menyenangkan.
· Approach
– avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus
tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama,
misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak
kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan
pengertian stressor diatas dapat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang menjadi penyebab dari kondisi
stres.
C. Symptom Reducing Responses
terhadap Stress
1. pengertian symptom
-reducing responses terhadap stress
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami
stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu
setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan
keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Mekanisme Pertahanan Diri
Indentifikasi
adalah suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
Kompensasi
Seorang
individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan
kepuasaan dibidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang
Matematika, namun prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
Overcompensation
/ Reaction Formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
·
- Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis
yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan
pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk
yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
· - Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan
menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek diluar diri atau melemparkan
kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu Proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namu n ia
berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
· - Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam diri
pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seorang wanita
mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut ke dalam
pribadinya.
·
- Reaksi
Konversi
Secara singkat mengalihkan koflik ke alat
tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar saat menjelang bel
masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
·
- Represi
Represi adalah konflik pikiran,
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam
tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan
sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi siang.
·
- Supresi
Supresi yaitu menekan konflik impuls yang
tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang
kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata "Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi."
·
- Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan
terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang penderita diabetes
memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
·
- Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seorang
yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan.
Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena malu maka ia menarik
diri dari perkumpulannya.
·
- Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memilki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
·
- Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu
bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
·
- Sikap
Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang
orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku agresif
yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain
dengan adu argument saat rapat berlangsung.
D. Pendekatan ‘Problem
Solving’ terhadap Stress
Salah
satu cara dalam menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback,
tekniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress
kemudian belajar untuk menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat
yang sangat rumit sebagai Feedback.
Melakukan
sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana
keadaan diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini
akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah pada
Tuhan).
* Strategi Coping untuk
Mengatasi Stress
Menghilangkan
stress mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut
Lazurus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem
focused coping) adalah istilah Lazurus
untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh
individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem
focused coping) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman
individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara emosional,
terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
* Strategi Penanganan stress
denagn mendekat dan menghindar
1. Strategi mendekati (approach strategies)
meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress dan usaha untuk
mengahadapi penyebab stress tersebut dengan cara mengahadapi penyebabnya atau
konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.
2. Strategi menghindar (avoidance strategies)
meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stress
dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar
dari penyebab stress.
Referensi:
Semium,
yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta
hristensen.j.paula.2009.proses
keperawatan.buku kedokteran EGC : Jakarta
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
http://tips-menghilangkan-stress.blogspot.com/2012/09/apa-pengertian-stress.html
http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx
http://id.wikipedia.org/wiki/Stres
http://blogkputih.blogspot.com/2012/01/pengertian-stress-dan-general.html
http://megha-blogs.blogspot.com/2013/04/a.htmlom/pengertian-penyesuaian-diri/